Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, baru-baru ini menyoroti korelasi antara gizi dan performa Tim Nasional (Timnas) sepak bola Indonesia. Ia mengaitkan kesulitan Timnas meraih kemenangan dengan masalah gizi yang luas di Indonesia, yang memengaruhi anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Dadan menjelaskan bahwa selama bertahun-tahun, kualitas asupan makanan sangat berpengaruh pada performa Timnas di bawah naungan PSSI. Kekurangan gizi menjadi hambatan bagi para pemain dalam menjalani pertandingan yang membutuhkan stamina tinggi selama 90 menit.
Meskipun mengakui adanya peningkatan kualitas pemain, khususnya dengan masuknya pemain naturalisasi yang umumnya memiliki asupan gizi lebih baik, Dadan tetap menekankan pentingnya gizi yang optimal bagi seluruh pemain. Ia menyoroti banyak pemain berasal dari daerah yang mungkin aksesnya ke makanan bergizi masih terbatas.
Menurutnya, kesuksesan dalam olahraga bukan hanya soal latihan fisik semata, tetapi juga kecerdasan dalam bermain dan strategi. Kecerdasan ini pun dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mental yang optimal, yang sangat bergantung pada asupan nutrisi yang cukup dan seimbang.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Solusi jangka panjang
Sebagai solusi, Dadan menunjuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan asupan gizi anak-anak Indonesia. Program ini diharapkan dapat memberikan intervensi gizi sejak dini, mulai dari bayi dalam kandungan hingga anak SMA.
Tujuan jangka panjang MBG adalah untuk menghasilkan generasi penerus yang sehat dan produktif. Dengan intervensi gizi yang tepat, diharapkan kualitas sumber daya manusia Indonesia akan meningkat secara signifikan dalam 20 tahun ke depan.
Tantangannya adalah jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah signifikan. Rata-rata kelahiran mencapai 6 orang per menit atau sekitar 3 juta per tahun. Jumlah ini diperkirakan akan mencapai 324 juta jiwa pada tahun 2045, saat Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan.
Pertumbuhan penduduk dan kemiskinan
Salah satu faktor utama pertumbuhan penduduk adalah tingginya angka keluarga miskin dan rentan miskin. Data menunjukkan sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anak yang lebih banyak dibandingkan keluarga dengan kondisi ekonomi lebih baik. Keluarga miskin seringkali kesulitan menyediakan makanan bergizi seimbang.
Dadan menjelaskan bahwa banyak anak dari keluarga kurang mampu hanya mengkonsumsi makanan pokok karbohidrat tanpa cukup protein dan nutrisi penting lainnya. Mereka bahkan jarang mengonsumsi susu, bukan karena tidak mau, tetapi karena keterbatasan ekonomi.
Sementara itu, pertumbuhan penduduk dari kalangan atas dan menengah dinilai tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan jumlah penduduk secara keseluruhan. Oleh karena itu, fokus intervensi gizi harus diarahkan pada keluarga kurang mampu untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kualitas hidup.
Program MBG diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini. Namun, kesuksesan program ini membutuhkan dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Peningkatan kualitas gizi di masa depan akan berdampak luas, termasuk pada peningkatan prestasi atlet Indonesia di kancah internasional.
Selain peningkatan gizi, perlu juga diperhatikan aspek lain yang mendukung prestasi olahraga, seperti pembinaan atlet sejak usia dini, peningkatan kualitas pelatihan, dan dukungan infrastruktur yang memadai.





